:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1937610/original/006697500_1519626520-1.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2017, hacker dilaporkan mampu mencuri uang sebesar US$ 172 miliar atau setara dengan Rp 2.390 triliun dari 978 juta konsumen di 20 negara.
Menurut laporan Norton Cyber Security Insights 2017 yang dirilis Norton by Symantec, celah hacker bisa mencuri uang tersebut diakibatkan oleh perilaku pengguna internet karena merasa yakin aman saat beraktivitas online.
Dalam keterangan tertulis Norton by Symantec yang diterima Tekno Liputan6.com pada Jumat(27/4/2018), secara global korban kejahatan siber memiliki karakteristik yang sama.
Mereka merupakan pengguna yang sehari-hari memakai banyak perangkat, tetapi tidak memiliki pengetahuan mendasar soal dasar keamanan siber.
"Para korban ini cenderung menggunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun atau membagikan kata sandi itu dengan orang lain," tulis Norton by Symantec.
Selain itu, 39 persen korban juga berasal dari kejahatan siber global. Meskipun pernah menjadi korban hacker, mereka masih merasa percaya diri akan kemampuan untuk melindungi data dan informasi pribadi mereka dari serangan lain di masa depan.
Sementara, 33 persen percaya bahwa mereka memiliki risiko yang kecil untuk menjadi korban kejahatan siber.
Dalam laporan Internet Security Threat Reports (ISTR) ke-23 , belum lama ini mengungkap kalao profatabilitas ransomware pada 2016 menjadikannya sebagai pasar yang menarik dengan permintaan tebusan yang terlalu mahal.
Namun pada 2017, pasar ransomware justru berubah dengan lebih sedikit jenis ransomware dan permintaan tebusan yang lebih rendah.
Sementara, ancaman di ranah mobile malah tumbuh dari tahun ke tahun. Ambil contoh pada 2017, rata-rata 24.000 aplikasi mobile berisiko diblokir setiap hari.
Norton by Symantec juga mengklaim, kejahatan siber bermotif finansial memang sering terjadi di Indonesia. Adapun motif yang dilakukan berupa ransomware, penipuan bank, dan serangan spear phishing di industri jasa keuangan.
Menurut ISTR, tampaknya terjadi peningkatan dari sebesar 1,29 persen pada 2016 menjadi 1,67 persen pada 2017 dalam jumlah malware, spam, host phising, bot, serangan jaringan, ransomware, dan cryptominer.
"Tindakan konsumen mengungkapkan suatu kejanggalan yang berbahaya: Meskipun terjadi gelombang rentetan kejahatan siber yang stabil yang dilaporkan oleh media, terlalu banyak orang tampaknya merasa kebal dan tidak mengambil tindakan pencegahan dasar untuk melindungi diri mereka sendiri,” ujar Chee Choon Hong, Director, Asia Consumer Business, Symantec.
https://www.liputan6.com/tekno/read/3492085/mencengangkan-hacker-bobol-rp-2390-triliun-sepanjang-2017Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mencengangkan, Hacker Bobol Rp 2.390 Triliun Sepanjang 2017"
Post a Comment